Blog Siapa Syiah, mengungkap siapa syiah sebenarnya

Aqidah Syiah Rafidhah tentang Kota Najf dan Karbala serta Keutamaan Menziarahinya

Kota Najf, Karbala
Orang-orang Syi'ah beranggapan bahwa lokasi-lokasi kuburan para imam mereka, baik yang hanya diakui belaka atau memang benar itu kuburan mereka; sebagai tanah haram yang suci. Maka Kufah, Karbala dan Qumm adalah tanah haram.

Mereka meriwayatkan dari ash-Shadiq, Allah I  memiliki tanah haram yaitu Makkah, Rasulullah r memiliki tanah haram yaitu Madinah Munawwarah, dan Ali bin Abi Thalib t  memiliki tanah haram yaitu Kufah, dan kami memiliki tanah haram yaitu Qumm.

Tanah Karbala bagi orang Syi'ah lebih utama daripada Ka'bah. Disebutkan dalam kitab Biharul Anwar dari Abu Abdillah, ia berkata: “Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Ka'bah dengan mengatakan, “Jika bukan karena tanah Karbala Aku tidak mengutamakanmu, dan jika bukan karena imam yang bersemayam di tanah Karbala, Aku tidak menciptakanmu, dan Aku tidak menciptakan masjid yang engkau banggakan, diamlah kamu jangan bertingkah, jadilah kamu tumpukan dosa, hina-dina, yang dihinakan dan jangan sombong kepada tanah Karbala. Jika tidak, Aku akan menghempaskan kau ke Neraka Jahannam.”[1]

Bahkan orang Rafidhah ini menjadikan ziarah ke kuburan Husain di Karbala lebih mulia daripada rukun Islam yang ke lima yaitu ibadah haji ke Baitullah!! Sebagaimana al-Majlisi dalam bukunya Biharul Anwar menyebutkan riwayat dari Busyair ad-Dahhaan, dia bertanya kepada Abu Abdillah: “Kadang aku tidak sempat menunaikan ibadah haji, maka bisa aku menziara-hi kuburan Husain? Dia menjawab: “Bagus wahai Busyair, bila ada seorang Mukmin mendatangi kuburan Husain dengan menyadari akan haknya pada hari selain hari raya, maka akan dituliskan baginya dua puluh haji, dua puluh umrah yang mabrur dan diterima, serta dua puluh peperangan bersama Nabi atau bersama pemimpin yang adil. Dan barangsiapa yang men-datangi kuburan Husain pada hari Arafah dengan menyadari akan haknya, maka akan dituliskan baginya seribu haji dan seribu umrah yang mabrur dan diterima, serta seribu peperangan bersama Rasul atau pemimpin yang adil.”

Dalam buku ini juga dikatakan bahwa peziarah kuburan Husain di Karbala adalah orang-orang yang suci, sedang jamaah haji yang berada di Arafah adalah anak zina, wal 'iyadzu billah!! Sebagaimana dalam riwayat mereka dari Ali bin Asbath dari Abu Abdillah alaihissalam, dia mengatakan: “Sesungguhnya Allah mengawali pandangan-Nya pada para peziarah ku-buran Husain pada siang hari Arafah.” Ali bin Asbath bertanya: “Sebelum Allah melihat kepada orang-orang yang wukuf di Arafah?” Dia menjawab: “Ya.” Aku bertanya: “Bagaimana bisa seperti itu?” Jawabnya: “Karena di antara mereka ada anak-anak zina, sedangkan pada penziarah kuburan Husain tidak ada sedikit-pun anak-anak zina.”[2]

Bahkan tokoh rujukan mereka Ali as-Sistaani dalam bukunya Minhajus Shalihin, menganggap shalat yang dilakukan di kuburan-kuburan lebih mulia dari-pada yang dilakukan di masjid. Dia berkata dalam masalah ke-562: “Disunnahkan shalat di kuburan para imam alaihimussalam, bahkan dikatakan bahwa ini lebih mulia daripada shalat yang dilakukan di masjid, sebagaimana diriwayatkan bahwa shalat di kuburan Ali bin Abi Thalib t  dilipatgandakan sebanyak dua ratus ribu kali lipat.”[3]

Lebih parah lagi salah satu tokoh mereka yaitu Abbas al-Kasyani dalam bukunya Mashabihul Jinaan, sangat melampaui batas sampai mengatakan: “Tidak diragukan lagi bahwa tanah Karbala adalah tanah paling suci dalam Islam. Berdasarkan nash-nash yang ada, tempat ini diberi keistimewaan dan kemuliaan yang tidak diberikan pada tanah atau daerah manapun. Tanah itu adalah tanah suci dan diberkahi, tanah yang tunduk dan rendah hati, tanah pilihan, tanah haram yang aman dan berkah, tanah haram Allah dan Rasul-Nya. Juga kubahnya Islam, termasuk tempat yang dicintai Allah untuk dipakai beribadah dan berdoa kepada-Nya, serta tanah Allah yang debunya bisa dijadikan obat. Semua keistimewaan yang terkumpul di tanah Karbala ini tidak pernah terkumpul pada tempat lain termasuk Ka'bah.”[4]

Dalam kitab al-Mazaar, ditulis oleh Muhammad an-Nu'man yang dijuluki dengan as-Syaikh al-Mufid, menjelaskan keagungan masjid Kufah, meriwayatkan dari Abu Ja'far al-Baqir, ia mengatakan: “Seandainya manusia tahu keutamaan yang ada pada masjid Kufah, niscaya mereka akan mempersiapkan bekal dan kendaraan dari segala penjuru yang jauh. Shalat fardhu yang dilakukan di sana sebanding dengan melakukan ibadah haji sekali, dan shalat sunnah (di sana) sebanding dengan melakukan ibadah umrah.”[5]

Dalam buku ini juga, dalam bab: Perkataan yang Diucapkan Saat Berdiri di Kuburan, yaitu penziarah kuburan Husain memberikan isyarat dengan tangan kanan kemudian membaca doa yang panjang, di antaranya bacaan doa: “…dan aku datang menziarahimu karena mengharapkan kaki yang mantap untuk hijrah kepadamu. Aku yakin bahwa Allah Yang Mulia Pujian-Nya denganmu akan menghilangkan kegelisahan, denganmu akan menurunkan rahmat, denganmu akan memegang bumi agar tidak terbenam bersama penghuninya, denganmu Allah menancapkan gunung-gunung pada pasaknya. Aku datang menghadap kepada tuhanku denganmu wahai junjunganku, untuk terpenuhi segala hajatku dan terampuni segala dosaku.”[6]

Renungkanlah wahai pembaca yang budiman, ba-gaimana mereka jatuh dalam kemusyrikan berupa permohonan kepada selain Allah dalam memenuhi hajat; serta minta ampunan dosa dari manusia, sedangkan Allah I  berfirman:

وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ ﴿135﴾ آل عمران
“Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?” (Ali Imran 135)

--------------------------------------------------------------------

[1] Kitab al-Bihar, 10/107
[2] Al-Majlisi, Biharul Anwar, 85/ 98
[3] As-Sistaani, Minhajus Shalihin, 1/187
[4] Abbas al-Kasyaani, Mashabihul Jinaan, 360
[5] Asy-Syaikh al-Mufid, kitab al-Mazaar, 20
[6] Kitab al-Mazaar, asy-Syaikh al-Mufid, hal: 99

Sumber: dd-sunnah.net

0 komentar:

Posting Komentar